peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan disiplin belajar siswa di MTs Ma’arif Lumbu Kutowinangun

ABSTRAK
Tujuan Penelitian adalah: (1) mengetahui bagaimana pelaksanaan pembentukan disiplin belajar siswa di MTs Ma’arif Lumbu Kutowinangun; (2) mengetahui bagaimana peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan disiplin belajar siswa di MTs Ma’arif Lumbu Kutowinangun. Adanya fenomena siswa yang datang terlambat dan membolos setiap hari menjadi landasan kuat bagi penulis untuk meneliti kedisiplinan belajar siswa di MTs Ma’arif Lumbu. Fenomena tersebut dipengaruhi juga oleh siswa yang menjadi santri di pondok pesantren yang berada di lingkungan MTs. Penelitian ini berupa penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik
pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman yang meliputi tahap reduksi data, tahap penyajian data, tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pelaksanaan pembentukan disiplin belajar siswa di MTs Ma’arif Lumbu Kutowinangun belum terlaksana dengan baik, hal itu dapat dilihat dari siswa yang belum menaati peraturan yang berlaku, sarana prasarana yang diberikan juga belum memadai
untuk menunjang kegiatan belajar yang mendorong siswa untuk disiplin belajar; (2) peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan disiplin belajar siswa di MTs Ma’arif Lumbu Kutowinangun sudah dilakukan dengan baik seperti
sudah membuat peraturan yang jelas, memahami karakter siswa, memberikan apresiasi kepada siswa yang taat dan berprestasi, serta memberikan hukuman yang mendidik tetapi belum maksimal karena hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter disiplin belajar pada peserta didik seperti konsisten mematuhi kesepakatan peraturan yang dibuat dengan siswa belum terealisasikan sepenuhnya; (3) sebuah pendidikan akan berjalan dengan baik jika didukung oleh berbagai pihak, baik dari pemerintah, madrasah, dan lingkungan. Di sini terlihat bahwa penyelenggaraan pendidikan kurang maksimal karena tidak terbangun komunikasi atau kerja sama yang baik dengan lingkungan (pondok).