INTERNALISASI NILAI TOLERANSI OLEH GURU PAI DI SDN WETON WETAN

ABSTRAK
Khoiriyah Apriliani, 18116416. Peran Guru PAI dalam Menginternalisasikan Nilai Toleransi di Sekolah. Skripsi. Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme Penanaman Nilai Toleransi di SDN Weton Wetan; (2) untuk mendiskripsikan Bagaimana Peran Guru PAI dalam Penanaman Nilai Toleransi di SDN Weton Wetan; (3) untuk mengetahui Apakah Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Penanaman Nilai Toleransi di SDN Weton Wetan. Penelitian ini berupa penelitian lapangan. Penelitiannya menggunakan Pendekatan Kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, Guru pelayanan Agama Kristen dan siswa muslim beserta siswa non muslim. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, serta dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan reduksi data,, penyajian data, serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Mekanisme Penanaman Nilai Toleransi di SDN Weton Wetan melalui Mata Pembelajaran; Melalui Kebijakan Sekolah; Melalui Pembiasaan; Melalui Perayaan Hari-Hari Besar Keagamaan; (2) Peran Guru Pendidikan Agama Islam adalah melalui nasihat, dengan menjadikan guru sebagai teladan bagi siswa, melalui pembiasaan, mengaitkan materi dengan nilai-nilai toleransi serta melibatkan guru dan siswa
berbeda agama dalam kegiatan; (3) Faktor pendukung penanaman nilai toleransi di SDN Weton Wetan adalah adanya tempat beribadah siswa yang dekat dengan sekolah; Guru Pelayanan Agama Kristen yang berdomisili asli dari Desa Weton
Wetan dan dekat dengan SDN Weton Wetan; kesadaran Guru dan Karyawan akan pentingnya Toleransi; Sikap siswa sangat menjunjung tinggi toleransi, Faktor
Penghambat nilai toleransi di SDN Weton Wetan adalah Guru pelayanan agama kristen hanya satu di kecamatan puring; Fasilitas yang belum memadai; Belum adanya kegiatan ekstrakulikuer yang dikhususkan untuk siswa non muslim;
karakter siswa yang berbeda-beda dan emosi siswa yang masih labil.