Childfree dalam Perspektif Al-Qur‟an (Kajian Analisis Tafsir Al-Maraghī Karya Ahmad Musțafa Al-Maraghī)

Childfree adalah keputusan yang diambil oleh individu atau pasangan suami istri untuk tidak memiliki anak. Konsep ini awalnya muncul dan berkembang di negara-negara Barat sebelum menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Keberadaan pilihan childfree yang tampaknya bertentangan dengan prinsip-prinsip agama menimbulkan perdebatan di masyarakat dalam merespon fenomena ini. Hal ini karena Al-Qur'an sendiri menunjukkan bahwa keberadaan pasangan hidup yang diberkahi oleh Allah SWT memiliki salah satu tujuan yaitu menjaga keberlangsungan hidup. Metode penelitian ini menggunakan metode tematik dan kontekstualisasi terhadap penafsiran ayat yanag akan di kaji dalam kitab Tafsir Al-Maraghȋ, dengan penekanan pada konsep keputusan "childfree". Penelitian ini merupakan jenis penelitian Library research karena menggunakan sumber data pustaka sebagai acuannya. Adapun yang dimaksud penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dimana pendekatan digunakan untuk memahami perspektif Al-Maraghȋ dalam konteks childfree". Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, tujuan dari berpasangan adalah menjaga kelestarian manusia, sebagaimna hal ini tersirat dalam Q.S. An-Nahl 16:72, Q.S Ar-Rum 30:21 dan Q.S Asy-Syura (42): 11. Dari hubungan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menghasilkan keturunan, semuanya terjadi atas kehendak dan kuasa Allah. Adanya peraturan-peraturan berpasangan dan penjelasan mengenai peran anak dalam Al-Qur'an, serta manfaat akan keturunan, menunjukkan bahwa anak memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan keluarga. Dalam situasi saat ini, keputusan childfree tidak selalu negatif jika didasarkan pada pertimbangan yang membawa manfaat lebih besar. Namun, jika keputusan tersebut diambil tanpa dasar yang kuat atau melupakan nilai nilai yang lebih utama, maka tindakan tersebut sangat di sayangkan karena tindakan ini tidak sejalan dengan ajaran agama yang menegaskan tujuan pernikahan untuk menjaga keberlangsungan eksistensi manusia dan fitrah manusia sendiri.